Selasa, 14 Agustus 2012

SUNGAI MAHAKAM; Saksi Penjarahan Kekayaan Alam Kalimantan Timur


Sepanjang alirannya dari hulu yang sejauh ratusan kilometer, Sungai Mahakam  melalui banyak perkampungan dan hanya ada dua Kota yang dilaluinya yaitu Tenggarong sebagai Ibukota Kabupaten Kutai Kertanegara dan Samarinda. Sampai saat ini Mahakam masih berperan sangat penting sebagai jalur transportasi  di Provinsi Kalimantan Timur sekalipun rute darat sudah sebagian terbuka. Setiap hari Kapal Penumpang masih hilir mudik melayani mobilisasi penduduk dari hulu sungai menuju Samarinda dan juga sebaliknya. Tiap saat tongkang-tongkang yang berisi batu bara merayap mengendap-endap menuju laut luas laksana pencuri yang barusan keluar dari rumah yang dijarahnya. Sumber energi berupa Mas Hitam tersebut dikeruk dari Bumi Kalimantan dan dikirim melewati perkampungan di Sepanjang Aliran Mahakam yang masih temaram karena belum teraliri arus listrik. Ironis!!!!! Karena setibanya di tujuan, Emas Hitam tersebut dapat menerangi Kota-Kota Besar sedangkan di tempat asalnya hanya ada pelita sebagai penanda kehidupan.
Kekayaan alam dari Pedalaman Kalimantan seakan tak pernah ada habisnya. Sejak jaman Kerajaan Kutai Tempo doeloe, Phinisi-Phinisi  melintasi Mahakam membawa kayu, gaharu, dan emas menuju seantero Nusantara sampai jaman demam sarang burung dan jaman Hutan Kalimantan di babat habis di era orde baru. Saat ini batu bara masih melimpah dan perkebunan kelapa sawit menjamur di pelosok pedalaman tapi sepertinya kekayaan alam yang berlimpah tak selamanya berbanding lurus dengan kesejahteraan. Pertanyaannya, Bagaimana jika kekayaan alam yang berlimpah ini sudah terkuras habis, sedangkan kita masih belum bisa berucap Syukur atas Nikmat Karunia-Nya?????